Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyatakan optimisme tinggi terhadap ketahanan pangan nasional, khususnya pada komoditas beras. Menurutnya, peningkatan serapan dari masa tanam pertama telah mendorong stok dalam negeri ke level yang meyakinkan. Ia menyampaikan pernyataan ini usai mengunjungi kediaman Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/4/2025).
Serapan gabah dan beras tercatat telah mencapai 1,3 juta ton. Jika tren ini berlanjut, Sudaryono menargetkan volume bisa menembus 2 juta ton di akhir April. “Kalau akhir bulan April bisa capai 2 juta ton, itu sudah luar biasa,” ujarnya seperti dikutip dari Antara.
Negara Tetangga Krisis, Indonesia Surplus
Situasi ini menjadi kontras dengan kondisi beberapa negara tetangga. Malaysia, Filipina, hingga Jepang saat ini tengah mengalami krisis beras. Bahkan, harga beras di Jepang melonjak tajam dari Rp40.000 menjadi Rp90.000 per kilogram. Sementara itu, Indonesia justru berada dalam posisi surplus. Ini membuka peluang besar untuk mengurangi, bahkan menghentikan, kebutuhan impor beras.

Sumber: money.kompas.com
Dengan perkembangan positif tersebut, Sudaryono menyatakan akan segera melapor ke Presiden Prabowo Subianto. “Kalau angkanya memungkinkan, kita sampaikan ke Presiden bahwa tahun ini betul-betul kita tidak akan impor,” tegasnya.
Harga Menguntungkan, Petani dan Masyarakat Diuntungkan
Lebih lanjut, ia menilai kondisi harga beras saat ini menguntungkan seluruh pihak. Petani mendapat nilai jual yang layak, sementara masyarakat tetap memperoleh akses terhadap beras dengan harga wajar. Ia mengakui masih ada kasus serapan gabah yang belum maksimal, namun hal tersebut tidak merefleksikan keseluruhan kinerja. “Kalau ada satu dua kasus, itu tidak bisa menutup jutaan kasus yang berjalan baik,” ucapnya.
Sudaryono pun sempat melaporkan capaian tersebut kepada Presiden Jokowi. Responsnya positif. “Tadi dipuji sama beliau bahwa serapan melimpah,” tambahnya.
Dengan pencapaian ini, harapan untuk menciptakan kemandirian pangan nasional semakin dekat. Pemerintah kini tinggal memastikan distribusi dan pengawasan berjalan optimal agar target tidak hanya tercapai, tapi juga berkelanjutan.
Baca juga: Indonesia Perkuat Diplomasi Ekonomi dengan AS dan China, Fokus Perdagangan & Perikanan