Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen. Angka ini menunjukkan perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,11 persen. Meski terlihat menurun, perlambatan ini tidak terjadi tanpa alasan. Beberapa faktor struktural dan musiman ikut memengaruhi kinerja ekonomi awal tahun ini.
Efek Pemilu yang Tidak Terulang
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), salah satu penyebab utama melambatnya pertumbuhan adalah tidak adanya momen pemilihan umum di awal tahun 2025. Pada kuartal I tahun sebelumnya, belanja pemerintah meningkat tajam karena pelaksanaan pemilu. Tanpa pemilu di tahun ini, konsumsi pemerintah justru mengalami kontraksi sebesar 1,38 persen.
Hal ini cukup signifikan, mengingat konsumsi pemerintah merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Meski efisiensi anggaran pemerintah sedang berjalan, dampaknya baru akan terlihat pada kuartal II dan seterusnya, karena saat ini masih dalam tahap realokasi dan penyusunan administrasi anggaran.

Sumber: money.kompas.com
Libur Panjang dan Konsumsi yang Tertunda
Selain faktor belanja pemerintah, waktu pelaksanaan libur panjang Idul Fitri 2025 juga berdampak pada perhitungan statistik. Momen lebaran yang jatuh pada 31 Maret hanya terekam sebagian di kuartal I. Sebagian besar aktivitas konsumsi masyarakat selama libur lebaran baru akan tercermin dalam kuartal II. Maka tak heran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya mencapai 2,61 persen, meski masih didorong oleh perayaan Tahun Baru dan Ramadhan.
Kinerja Industri Campur Aduk
Dari sisi produksi, industri pengolahan tetap menjadi penopang utama perekonomian dengan kontribusi 19,25 persen. Sektor ini tumbuh 4,55 persen, lebih tinggi dari 4,13 persen pada tahun lalu. Namun jika diperinci, pertumbuhan industri non-migas justru menurun dari 4,64 persen menjadi 4,31 persen.
Performa industri yang beragam ini menandakan adanya ketimpangan di dalam sektor manufaktur. Beberapa industri mengalami pertumbuhan tinggi, sementara lainnya justru stagnan atau melambat, mencerminkan adanya tantangan dalam distribusi dan permintaan.
Proyeksi Ke Depan: Masih Ada Harapan
Meski kuartal I 2025 menunjukkan perlambatan, sejumlah indikator tetap memberikan harapan. Realokasi anggaran yang mulai direalisasikan pada kuartal II, serta aktivitas konsumsi selama libur panjang, diprediksi akan mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
Dengan pemulihan belanja pemerintah dan penguatan sektor industri, diharapkan tren pertumbuhan dapat kembali stabil. Kebijakan fiskal dan stimulus yang tepat sasaran akan menjadi kunci untuk mengakselerasi momentum pemulihan ekonomi Indonesia ke depan.
Baca juga: Tuna Talks di World Expo Osaka: Indonesia Dorong Perikanan Berkelanjutan di Panggung Global