Kopdes merah putih bumdes. Pemerintah tengah bersiap meluncurkan Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes) sebagai upaya memperkuat perekonomian desa secara menyeluruh. Meski demikian, kehadiran koperasi ini sempat menimbulkan kekhawatiran terkait peran dan eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sudah lebih dulu berjalan.
Menanggapi hal itu, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi pengelola BUMDes untuk merasa terancam. Menurutnya, BUMDes dan Kopdes justru bisa saling melengkapi. “Dua-duanya penting dan tidak boleh saling meniadakan,” ujarnya dalam acara ekspor gula semut di Banyumas, Kamis (1/5/2025).
Sebagai contoh, ia menyebut BUMDes bisa fokus pada satu sektor seperti pengolahan pangan, sementara Kopdes bergerak di bidang lain yang relevan. Hal ini akan memperluas cakupan layanan ekonomi dan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat desa.

Sumber: money.kompas.com
Target Ambisius: 80 Ribu Kopdes, Potensi Untung Rp 80 Triliun
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM Budi Arie Setiadi mengungkapkan target ambisius pembentukan 80 ribu Kopdes Merah Putih di seluruh Indonesia. Setiap koperasi diperkirakan bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp 1 miliar per tahun, yang berarti total potensi mencapai Rp 80 triliun.
Namun, Budi menekankan bahwa keuntungan besar itu sangat bergantung pada kualitas SDM koperasi. Oleh karena itu, kementeriannya tengah mempersiapkan pelatihan, pendampingan, hingga sertifikasi untuk lebih dari 1 juta pengurus dan pengawas koperasi desa.
Untuk mendukung pendirian Kopdes, rencana pembiayaan sedang digodok bersama Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN. Bank-bank milik negara juga akan dilibatkan, termasuk dalam aspek pengawasan keuangan dan pinjaman.
Sinergi, Bukan Kompetisi
Kehadiran Kopdes bukan untuk menyaingi BUMDes, melainkan memperkuat ekosistem ekonomi desa. Petunjuk teknis mengenai hubungan antara keduanya tengah disusun agar tidak terjadi tumpang tindih peran. Harapannya, Kopdes dan BUMDes dapat bergerak selaras demi mewujudkan desa mandiri dan produktif secara berkelanjutan.
Baca juga: Mengapa Digitalisasi Jadi Kunci Masa Depan Koperasi di Indonesia?